Dalam dunia coaching profesional, kita sering mendengar tentang peran coach sebagai mitra reflektif. Namun, ada satu pendekatan yang semakin relevan di era modern: self-coaching. Istilah ini merujuk pada kemampuan seseorang untuk menerapkan prinsip-prinsip coaching pada dirinya sendiri, dengan tujuan meningkatkan kesadaran, menetapkan target yang jelas, serta mengambil langkah nyata menuju perubahan yang diinginkan.
Self-coaching tidak menggantikan peran coach profesional, tetapi menjadi keterampilan tambahan yang memperkuat individu dalam keseharian. Misalnya, melalui pertanyaan reflektif sederhana: “Apa yang sebenarnya saya butuhkan saat ini?” atau “Langkah kecil apa yang bisa saya ambil hari ini untuk lebih dekat dengan tujuan saya?” Pertanyaan semacam ini menggeser pola pikir dari sekadar reaktif menjadi lebih proaktif dan sadar arah.

Survei global oleh International Coaching Federation (ICF) pada 2023 mencatat bahwa 77% individu yang pernah menjalani coaching formal melaporkan peningkatan signifikan dalam self-confidence, dan 67% mengatakan lebih mampu menjaga work-life balance. Data ini mengindikasikan bahwa proses coaching mendorong keterampilan refleksi diri yang kemudian bisa dipraktikkan secara mandiri. Sementara itu, studi dari Harvard Business Review (2021) menunjukkan bahwa pemimpin yang rutin melakukan self-reflection cenderung memiliki kinerja 23% lebih baik dibanding rekan yang tidak melakukannya. Fakta ini memperkuat posisi self-coaching sebagai strategi yang relevan dalam karier maupun kehidupan personal.
Manfaat utama dari self-coaching adalah keberlanjutan. Jika sesi dengan coach profesional bersifat periodik, maka self-coaching bisa dilakukan setiap hari. Teknik sederhana seperti menuliskan jurnal reflektif, membuat pertanyaan coaching pribadi, atau melakukan mindfulness check-in membantu individu menjaga konsistensi arah. Bahkan, menurut American Psychological Association (APA), praktik refleksi diri yang terstruktur terbukti menurunkan tingkat stres hingga 27% pada responden yang menjalaninya secara rutin.
Namun, ada catatan penting. Self-coaching efektif bila didukung oleh dasar yang benar. Tanpa pemahaman kompetensi coaching, individu berisiko terjebak pada bias pribadi atau justifikasi keputusan yang tidak produktif. Karena itu, mengikuti pelatihan coaching formal atau membaca sumber kredibel tetap menjadi langkah awal yang penting.
Pada akhirnya, self-coaching adalah tentang melatih diri untuk berhenti sejenak, mendengarkan, lalu bertindak dengan sadar. Di tengah ritme hidup yang cepat, keterampilan ini membantu kita menjaga keseimbangan antara produktivitas dan kesehatan mental. Dan ketika dilakukan konsisten, self-coaching tidak hanya mengarahkan kita pada pencapaian, tetapi juga menghubungkan kita dengan nilai yang paling penting dalam hidup.
Baca juga artikel Self Coaching : Menyapa Diri!
Lihat juga video program self coaching sambil trekking bersama Loop!