Bahasa coaching bukan sekadar teknik ia adalah paradigma kepemimpinan yang memosisikan pemimpin sebagai fasilitator, bukan hanya pemberi arahan. Alih-alih memerintah, pemimpin membimbing lewat pertanyaan kuat, mendengarkan aktif, dan memicu inisiatif dari anggota tim.
Dalam konteks dunia yang semakin kompleks, gaya kepemimpinan tradisional (top-down) kurang efektif dalam menghadapi perubahan cepat, tuntutan inovasi, dan kebutuhan akan adaptasi. Gaya coaching leadership justru membentuk iklim psikologis yang aman, mengundang partisipasi, dan memungkinkan individu berkembang.

Beberapa temuan dari survei dan riset menunjukkan bahwa organisasi semakin percaya investasi terhadap coaching sebagai bagian dari pengembangan kepemimpinan:
- Menurut Leadership Coaching Report 2021, sebanyak 72% organisasi menawarkan bentuk leadership coaching sebagai bagian dari pengembangan talenta, dan 67% organisasi melaporkan bahwa coaching meningkatkan engagement serta kepuasan karyawan. Sumber: Coaching Report 2021 – Sounding Board Inc.
- Sementara itu, survei oleh ATD (Association for Talent Development) menunjukkan bahwa 94% peserta merasa coaching meningkatkan rasa percaya diri mereka sebagai pemimpin, dan 81% melaporkan peningkatan kesejahteraan secara umum. Sumber: ATD Research – Coaching for Growth and Performance
- Dalam studi internal oleh Dion Leadership, sekitar 80% coachee mengalami perubahan positif dalam peran kepemimpinan mereka setelah mengikuti leadership coaching.
(Dion Leadership – Leadership Coaching Impact Study)
Data-data ini menunjukkan bahwa bukan cuma “baik untuk dikatakan,” tetapi terbukti bahwa coaching bisa menghasilkan dampak nyata dalam performa, kesejahteraan, dan budaya organisasi.
Contoh:
Seorang manajer tim bernama Lina. Sebelumnya, Lina sering “mengontrol” detail operasional, memberi instruksi berulang, dan merasa kesal karena timnya seolah “malas bergerak sendiri.” Setelah mengikuti peer coaching dan pelatihan kompetensi ICF intensif, Lina berubah.
Dalam sesi coaching internal pertamanya, ia bertanya:
“Apa hambatan terbesar yang kamu alami minggu ini?”
“Apa satu langkah kecil yang kamu yakin bisa kamu coba?”
Alih-alih mengurusi semua detail, Lina membiarkan anggota tim merancang solusi mereka sendiri. Hasilnya:
- Inisiatif tim meningkat: anggota tim lebih aktif memberi usulan dan tanggungjawab.
- Atmosfer kerja menjadi lebih terbuka: anggota berani berdiskusi dan koreksi.
- Waktu Lina lebih leluasa untuk berpikir strategis.
Dari gaya “mengarahkan” ke gaya “membimbing” itulah transformasi dari pemimpin tradisional ke pemimpin-coach.
Baca juga artikel Cara Leader Beradaptasi dengan Coaching (Leadership Coaching)
Lihat juga video Cara leader hadapi team dalam masa transfromasi, klik disini!