Loop Institute of Coaching

Beyond Survive: Cara Coaching Membantu Leader Mengubah Krisis Ekonomi jadi Momentum Transformasi

“Krisis ekonomi bukan pertama kalinya datang. Tapi hanya sebagian kecil pemimpin yang tahu cara menjadikannya alat tumbuh, bukan alasan hancur.” 

Kita sedang hidup dalam periode ekonomi yang penuh tekanan. Perlambatan pertumbuhan, pemotongan anggaran, PHK di berbagai sektor, dan menurunnya daya beli memaksa banyak perusahaan untuk meninjau ulang strategi mereka termasuk gaya kepemimpinan. 

Sayangnya, banyak pemimpin yang secara tidak sadar terjebak di pola reaktif: bertahan seadanya, mengamankan sisa daya, berharap semuanya cepat pulih. 

ICF (International Coaching Federation) mendefinisikan coaching mindset sebagai “a mindset that is open, curious, flexible, and client-centered.” Artinya, pemimpin dengan coaching mindset tidak buru-buru memberikan jawaban, tapi menciptakan ruang untuk bertanya, mendengar, dan menumbuhkan kesadaran. 

Bukan berarti mereka pasif. Justru mereka menavigasi krisis dengan tenang, reflektif, dan penuh sense of possibility. 

Beyond Survive: Cara Coaching Membantu Leader Mengubah Krisis Ekonomi jadi Momentum Transformasi

Kenapa Mindset Coaching Jadi Penting Saat Ekonomi Sulit?

Data dari laporan “2024 Executive Coaching Industry Trends” (Sherpa Coaching & ICF) menyebutkan: 

  • 87% organisasi menyatakan coaching membantu leader mengembangkan kemampuan berpikir strategis di tengah krisis. 
  • 61% perusahaan yang mengadopsi coaching untuk leadership selama resesi pandemi 2020–2022 justru mengalami peningkatan engagement & retensi SDM. 

Studi dari McKinsey juga menunjukkan bahwa organisasi yang dipimpin oleh leader dengan tingkat refleksi tinggi dan growth mindset punya ketahanan finansial dan kultur tim yang lebih solid dalam 24 bulan setelah krisis. 

Dari Krisis ke Transformasi: 3 Pilar Coaching Mindset untuk Pemimpin

1. Dari Panik ke Refleksi: Membangun Kejernihan di Tengah Kekacauan

“Kita nggak bisa bikin keputusan strategis dari ruang mental yang sempit.” 

Pemimpin yang dibekali coaching mindset melatih diri untuk hadir penuh, mendengar dengan dalam, dan memahami kondisi tanpa menghakimi. Dari sana, keputusan bisa diambil dari tempat yang lebih jernih, bukan dari tekanan atau ego. 

Contoh aksi: Menggunakan coaching-style one-on-one untuk mengakses insight tim, bukan hanya laporan angka. 

2. Dari Kontrol ke Kolaborasi: Meningkatkan Sense of Ownership Tim

Pemimpin reaktif biasanya akan tighten the grip — makin banyak kontrol, makin banyak aturan. Tapi pemimpin dengan coaching mindset tahu bahwa saat sulit adalah saat terbaik untuk mendistribusikan kepemilikan. 

Mereka membangun trust, memberdayakan tim untuk ikut berpikir, bukan hanya ikut kerja. 

Contoh aksi: Mengubah weekly meeting dari laporan progress ke ruang dialog strategis antar tim lintas fungsi. 

3. Dari Defensif ke Eksploratif: Menciptakan Ruang Inovasi Saat Semua Orang Memilih Aman

Coaching mindset melatih pemimpin untuk berani bertanya “what if…” di saat orang lain memilih diam. 
Bukan sembrono, tapi eksploratif. Mereka menciptakan ruang aman untuk tim mencoba pendekatan baru, bahkan gagal, selama tujuannya bertumbuh. 

Contoh aksi: Menetapkan “safe-to-fail” pilot project sebagai eksperimen strategi baru, bukan hanya penghematan reaktif. 

Beyond Survive: Cara Coaching Membantu Leader Mengubah Krisis Ekonomi jadi Momentum Transformasi

Studi Kasus Singkat: Coaching Mindset di Tengah Penghematan

Salah satu klien kami — perusahaan manufaktur alat berat di Jawa Barat — mengalami penurunan permintaan pasca proyek infrastruktur dipangkas. Budget dikurangi, dan tim mengalami penurunan moral signifikan. 

Alih-alih memangkas habis inisiatif, CEO-nya memilih coaching-style intervention: 

  • Sesi coaching untuk seluruh manager agar bisa jadi co-creator, bukan hanya eksekutor. 
  • Dialog antar divisi yang sebelumnya kaku jadi lebih terbuka dan reflektif. 
  • Dalam 4 bulan, muncul 2 inisiatif efisiensi dari tim yang menyumbang penghematan operasional hingga 8%, tanpa PHK. 

Penutup: Leadership Bukan Soal Siapa Paling Kuat, Tapi Siapa Paling Siap Belajar 

Krisis akan selalu datang dalam siklus. Tapi tidak semua leader mampu menumbuhkan sesuatu dari tekanan. Mereka yang punya coaching mindset cenderung: 

  • Lebih tahan terhadap tekanan, karena tidak bereaksi sembarangan, 
  • Lebih berani ambil keputusan, karena dilandasi kesadaran, 
  • Dan lebih mampu membawa tim ikut naik kelas, bukan sekadar bertahan hidup bersama. 

  

Jadi, pertanyaannya bukan lagi: “bagaimana kita selamat dari krisis?” 
Tapi: “apa yang ingin kita tumbuhkan dari situasi ini?”

Karena yang akan membedakan organisasi setelah badai reda… adalah cara pemimpinnya berpikir hari ini. 

Baca juga artikel Belajar Coaching, klik disini!

Scroll to Top
Scroll to Top